JUST ME
Sabtu, 9 Mac 2013
Jumaat, 8 Februari 2013
Lilitan Tali Pusat
Lilitan Tali Pusat
a.
Pengertian
Lilitan
tali pusat adalah tali pusat yang membentuk lilitan sekitar badan janin, bahu,
tungkai atas/ bawah dan leher. Lilitan tali pusat terjadi karena gerak janin
yang berlebihan, tali pusat yang panjang, janin kecil dan polihidramnion.
Lilitan tali pusat bisa terjadi dimana saja dari tubuh janin, tetapi yang sering
terjadi adalah di bagian leher (nuchal cord). Jumlah lilitan bisa sekali
(terjadi pada 21,3 % kehamilan) atau lebih dari sekali lilitan (terjadi pada
3,4 % kehamilan). Lilitan tali pusat dapat menimbulkan bradikardia dan hipoksia
janin, dan bila jumlah lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan mortalitas
perinatal. Lilitan tali pusat yang erat menyebabkan gangguan (kompresi) pada
pembuluh darah umbilical, dan bila berlangsung lama akan menyebabkan hipoksia
janin.
Dalam masa kehamilan janin bebas
bergerak dalam cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan
dengan baik. Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang
besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Keadaan ini dijumpai pada
air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang dan bayinya yang kecil.
Tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, lilitan tali pusat tidak bisa
dilepas tetapi dipantau dan memberi tahu ibu. Sebenarnya lilitan tali pusat
tidaklah terlalu membahayakan namun menjadi bahaya ketika memasuki proses
persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki
saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan
menyebabkan penurunan utero-plasenta, juga menyebabkan penekanan/kompresi pada
pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung
oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi terganggu. Lilitan tali pusat di
leherpun tidak harus berujung sesar, tetapi proses persalinan dipantau ketat
pada kala I dan observasi denyut jantung. Bila denyut jantung terganggu,
persalinan diakhiri dengan bedah sesar, karena jika dipaksa lahir dengan normal
bisa berdampak buruk pada janin.
b.
Etiologi
Penyebab
lilitan tali pusat adalah :
1) Polihidramnion
Jumlah
air ketuban melebihi 2000 cc. Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya
kepala janin belum memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi
relative kecil dan jumlah air ketuban berlebihan, kemungkinan bayi terlilit
tali pusat.
2) Tali pusat yang panjang
Tali pusat dikatakan panjang jika
melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika kurang dari 30 cm. Tali pusat yang
panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat rata-rata 50-60 cm, namun
tiap bayi mempunyai tali pusat yang berbeda-beda.
c. Tanda-tanda bayi terlilit tali
pusat
1)
Pada
bayi dengan umur kehamilan dari 34 minggu namun bagian terendah janin
(kepala/bokong) belum memasuki bagian atas rongga panggul.
2)
Pada
janin letak sungsang/lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha
memutar janin (versi luar/ knee chest position) perlu dicurigai pada adanya
lilitan tali pusat.
3)
Tanda
penurunan DJJ dibawah normal, terutama pada saat kontraksi.
d. Penyebab Bayi Meninggal Karena Lali
Pusat.
1) Puntiran tali pusat secara
berulang-ulang ke satu arah. Biasanya terjadi pada trimester satu dan dua . Ini
mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat terhambat total.
Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi bergerak bebas.
2) Lilitan tali pusat pada bayi
terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal tersebut menyebabkan kompresi
tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia/kekurangan oksigen.
e. Akibat pada Ibu dan Bayi
1) Pada ibu dapat terjadi persalinan
lama : merupakan persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida
atau 18 jam untuk multigravida.
2) Pada bayi dapat terjadi hipoksia
yang menyebabkan terjadinya asfiksia, dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir.
f.
Penatalaksanaan
1) Melalui pemeriksaan teratur dengan
bantuan USG untuk melihat apakah ada gambaran tali pusat disekitar leher. Namun
tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher
janin/tidak. Apalagi untuk erat/tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna
(Coller Doppen) atau USG tiga dimensi dan dapat lebih memastikan tali pusat
tersebut melilit/tidak dileher atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta
menilai erat tidaknya lilitan tersebut.
2) Memberikan oksigen pada ibu dalam
posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dengan DJJ
semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan operasi
Caesar.
3) Jika tali pusat melilit longgar di
leher bayi, melepaskan melewati kepala bayi namun jika tali pusat melilit erat
dileher dengan menjepit tali pusat dengan klem di dua tempat, kemudian memotong
diantaranya, kemudian melahirkan bayi dengan segera. Dalam situasi terpaksa
bidan dapat melakukan pemotongan tali pusat pada waktu pertolongan persalinan
bayi.
Khamis, 7 Februari 2013
ISTILAH UNTUK SUARA NAFAS BERDASARKAN AUSKULTASI
Suara Nafas |
1. Suara nafas normal
- Suara napas vesikuler bernada rendah, terdengar lebih panjang pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan kedua fase bersambung.Suara napas vesikuler pada kedua paru normal dapat meningkat pada anak, orang kurus dan latihan jasmani,. Bila salah satu meningkat berarti ada kelainan pada salah satu paru. Suara vesikuler melemah kemungkinan adanya cairan, udara, jaringan padat pada rongga pleura dan keadaan patologi paru.
- Suara napas bronkial bernada tinggi dengan fase ekspirasi lebih lama daripada inspirasi dan terputus.
- Sedangkan kombinasi suara nada tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi yang jelas dan tidak ada silent gaps disebut bronkovesikuler.
2. Suara nafas Abnormal
1. Stridor : yaitu suara yang
terdengar kontinu (tidak terputus-putus), bernada tinggi yang terjadi
baik pada saat inspirasi maupun pada saat ekspirasi, dapat terdengar
tanpa menggunakan stetoskop, bunyinya ditemukan pada lokasi saluran
napas atas (laring) atau trakea, disebabkan karena adanya penyempitan
pada saluran napas tersebut. Pada orang dewasa, keadaan ini mengarahkan
kepada dugaan adanya edema laring, kelumpuhan pita suara, tumor laring,
stenosis laring yang biasanya disebabkan oleh tindakan trakeostomi atau
dapat juga akibat pipa endotrakeal.
2. Crackles : Adalah
bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali
jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.
- Fine crackles / krekels halus : Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-patah. Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
- Krekels kasar : Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong. Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
4 Ronchi :Adalah
bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi. Penyebab
: gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas.
Obstruksi : sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh
: suara ngorok.
- Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
- Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis. Perbedaan ronchi dan mengi. Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar bersuara tinggi dan bersiul. Biasanya terdengar jelas pada pasien asma. Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor. Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.
Adalah
suara tambahan yang timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga
permukaan pleura menjadi kasar. Karakter
suara : kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar selama : akhir
inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan dibatukkan.
Terdengar sangat baik pada permukaan anterior lateral bawah toraks.
Terdengar
seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga, jelas terdengar
pada akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan
keluhan nyeri pleura. Bunyi ini dapat menghilang ketika nafas ditahan. Sering
didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan tuberculosis
6. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah
cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai
namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk
“menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
Frekuensi Pernapasan normal
- Bayi: 25 – 50 kali tiap menit
- Anak: 15 – 30 kali tiap menit
- Dewasa: 12 – 20 kali tiap menit
Rabu, 6 Februari 2013
PARAMETRITIS
A. Pengertian
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam
lig latum. Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi
jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan: Penyebaran melalui
limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu
yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu
disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal
ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses
peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan
tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke
berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh
abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik
turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut
nyeri. Dalam ⅔ kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam
beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan
akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses selalu mencari
jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rectum atau ke kandung
kencing.
B. Tanda
dan gejala
● Suhu
tinggi dengan demam tinggi
● Nyeri
unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.
C. Penyebab
Parametritis
dapat terjadi:
1) Dari
endometritis dengan 3 cara :
· Per
continuitatum : endometritis → metritis → parametitis.
· Lymphogen.
· Haematogen
: phlebitis → periphlebitis → parametritis
2) Dari
robekan serviks
3) Perforasi
uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
D. Diagnosis
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrĂ©e tampaknya sakit, suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrĂ©e tampaknya sakit, suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
E. Prognosis
Menurut derajatnya septicemia merupakan
infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera diikuti
oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya
kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan tindakan
untuk mengeluarkan nanahnya.
F. Pencegahan
- Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harusdiperhatikan.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
- Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,
menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya
perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan
mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus
suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan
menurut keperluan.
- Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan
lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas
jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
G. Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat
penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini
memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam
hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan
spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat
penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan
dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah
dilakukan.
Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati
dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus
dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan
pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai.
H. Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin
ditambah gentamisin dan metronidazol.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.
DAFTAR PUSTAKA
- http://info.g.excess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan%29/PARAMETRITIS_%28SELLULITIS_PELVIKA%29.info
Langgan:
Catatan (Atom)